Nulis CV itu berbanding terbalik dengan nyanyi. Jadi kalau mau nulis CV jangan posisikan dirimu kayak Mariah Carey. Tante Carey kalau nyanyi awalnya pelan kemudian ujungnya melengking tinggi tak tergapai sama suara saya yang rendah hati. Gak gitu kalau nulis CV, kebalikannya.
Berawal dari keisengan dulu dan kemudian sekarang menjadi bagian kecil di pekerjaan saya, saya mendapat banyak kesempatan untuk melihat CV-CV yang begitu rupa dan kadang bikin bingung. Nah, jadi panduan ini saya buat berdasarkan pengalaman pribadi sih. Personal sekali. Bisa dibilang saya suka model CV yang begini tapi mungkin orang lain punya selera yang berbeda. Yuk disimak.
The most relevant, the latest, the greatest
Yup, aturan pertama dalam menyusun CV adalah mulailah dengan yang terbaru atau terbesar. Mulai dengan yang terbaru kalau yang kamu tulis ada kronologi waktunya. Contohnya riwayat pekerjaan dan pendidikan. Mulai dengan yang terbesar kalau memang tidak ada kronologi waktunya. Terbesar ini maknanya luas. Contohnya role di project. Kadang dalam 1 project seseorang punya banyak bagian, bisa karena projectnya besar atau projectnya lama. Nah untuk menuliskan itu mulailah dengan role yang paling signifikan.
Kemudian susunlah tiap hal di CV dari yang paling relevan. Misal melamar jadi dosen dengan melamar jadi programmer itu beda. Ketika melamar jadi dosen mungkin kamu lebih ingin menunjukkan background pendidikan dan pengalaman penulisan ilmiah, sedangkan ketika melamar jadi programmer kamu lebih ingin menunjukkan riwayat pekerjaan dan pengalaman di project. Jadi susunannya jelas beda.
Keep it simple
Ini sih aturan umum. Jika tidak penting-penting amat bisa dikesampingkan dulu. Contohnya riwayat pendidikan di bawah SMA. SMA pun menurut saya gak terlalu penting kecuali itu memang pendidikan terakhir. Hobi juga sama. Mau dicantumkan pun boleh, tapi jangan berlebihan. Ada CV yang mencantumkan hobi dengan gambar dan itu terlihat lebih mencolok dibandingkan hal lain di CV yang hanya sekedar tulisan.
Tell your story
Menjadi simpel bukan berarti harus pendek dan ringkas. Boleh panjang tapi efektif. Jangan terlalu banyak narasi, CV bukan skripsi. Tapi kalau kamu cuma nyebut ini itu juga gak bagus. Ada satu CV yang saya lihat hanya menyebutkan project yang pernah ditangani tanpa menyebutkan apa yang dikerjakan di project itu atau bahkan sekedar deskripsi singkat projectnya. Ya jadi gak ada maknanya.
Sebuah CV seharusnya punya cerita, bukan hanya sekadar memiliki daftar ini itu. Untuk fresh graduate mungkin bingung mau mencantumkan apa. Kalau fresh grad bisa cerita class project yang pernah dilakukan atau penelitian skripsinya atau seminar/training yang pernah diikuti. Banyak kok yang bisa diceritakan, asal tahu memilahnya. Jangan sedih.
Make it relevant
Kalau menurutmu punya 1 CV saja cukup, well, sebaiknya tidak. Ini sedikit nyambung dengan poin sebelumnya. Ceritakan hal-hal yang relevan dengan posisi yang kamu lamar. Makanya kalau mau melamar ke 3 posisi berbeda ya mungkin saja kamu perlu 3 CV. Jangan pukul rata, bikin 1 dikirim ke semua, bisa-bisa ceritanya gak nyambung.
Things to consider :
- Foto. Kalau memang perusahaan meminta foto terpisah ya gak masalah. Tapi kalau yang dikirim hanya CV lebih baik tambahkan foto di dalam CV.
- Ukuran pasti. Ada beberapa CV yang mencantumkan level skill dengan semacam progress bar. Buat saya pribadi itu sulit untuk dibaca. Sistem bintang/dot/semacamnya masih lebih mudah, 3/5 bintang itu berarti intermediate, dsb. Jadi saya lebih suka menggunakan ukuran yang lebih mudah dibaca atau dengan tulisan seperti novice, advanced, intermediate, dsb.
Kalau saya pribadi tidak terlalu mementingkan design. Mau hitam putih, mau ada gambarnya, mau warna warni, terserah. Biasanya saya lebih fokus ke kontennya.
Itu sih sekadar berbagi pengalaman. Mudah-mudahan berguna.
Berawal dari keisengan dulu dan kemudian sekarang menjadi bagian kecil di pekerjaan saya, saya mendapat banyak kesempatan untuk melihat CV-CV yang begitu rupa dan kadang bikin bingung. Nah, jadi panduan ini saya buat berdasarkan pengalaman pribadi sih. Personal sekali. Bisa dibilang saya suka model CV yang begini tapi mungkin orang lain punya selera yang berbeda. Yuk disimak.
The most relevant, the latest, the greatest
Yup, aturan pertama dalam menyusun CV adalah mulailah dengan yang terbaru atau terbesar. Mulai dengan yang terbaru kalau yang kamu tulis ada kronologi waktunya. Contohnya riwayat pekerjaan dan pendidikan. Mulai dengan yang terbesar kalau memang tidak ada kronologi waktunya. Terbesar ini maknanya luas. Contohnya role di project. Kadang dalam 1 project seseorang punya banyak bagian, bisa karena projectnya besar atau projectnya lama. Nah untuk menuliskan itu mulailah dengan role yang paling signifikan.
Kemudian susunlah tiap hal di CV dari yang paling relevan. Misal melamar jadi dosen dengan melamar jadi programmer itu beda. Ketika melamar jadi dosen mungkin kamu lebih ingin menunjukkan background pendidikan dan pengalaman penulisan ilmiah, sedangkan ketika melamar jadi programmer kamu lebih ingin menunjukkan riwayat pekerjaan dan pengalaman di project. Jadi susunannya jelas beda.
Keep it simple
Ini sih aturan umum. Jika tidak penting-penting amat bisa dikesampingkan dulu. Contohnya riwayat pendidikan di bawah SMA. SMA pun menurut saya gak terlalu penting kecuali itu memang pendidikan terakhir. Hobi juga sama. Mau dicantumkan pun boleh, tapi jangan berlebihan. Ada CV yang mencantumkan hobi dengan gambar dan itu terlihat lebih mencolok dibandingkan hal lain di CV yang hanya sekedar tulisan.
Tell your story
Menjadi simpel bukan berarti harus pendek dan ringkas. Boleh panjang tapi efektif. Jangan terlalu banyak narasi, CV bukan skripsi. Tapi kalau kamu cuma nyebut ini itu juga gak bagus. Ada satu CV yang saya lihat hanya menyebutkan project yang pernah ditangani tanpa menyebutkan apa yang dikerjakan di project itu atau bahkan sekedar deskripsi singkat projectnya. Ya jadi gak ada maknanya.
Sebuah CV seharusnya punya cerita, bukan hanya sekadar memiliki daftar ini itu. Untuk fresh graduate mungkin bingung mau mencantumkan apa. Kalau fresh grad bisa cerita class project yang pernah dilakukan atau penelitian skripsinya atau seminar/training yang pernah diikuti. Banyak kok yang bisa diceritakan, asal tahu memilahnya. Jangan sedih.
Make it relevant
Kalau menurutmu punya 1 CV saja cukup, well, sebaiknya tidak. Ini sedikit nyambung dengan poin sebelumnya. Ceritakan hal-hal yang relevan dengan posisi yang kamu lamar. Makanya kalau mau melamar ke 3 posisi berbeda ya mungkin saja kamu perlu 3 CV. Jangan pukul rata, bikin 1 dikirim ke semua, bisa-bisa ceritanya gak nyambung.
Things to consider :
- Foto. Kalau memang perusahaan meminta foto terpisah ya gak masalah. Tapi kalau yang dikirim hanya CV lebih baik tambahkan foto di dalam CV.
- Ukuran pasti. Ada beberapa CV yang mencantumkan level skill dengan semacam progress bar. Buat saya pribadi itu sulit untuk dibaca. Sistem bintang/dot/semacamnya masih lebih mudah, 3/5 bintang itu berarti intermediate, dsb. Jadi saya lebih suka menggunakan ukuran yang lebih mudah dibaca atau dengan tulisan seperti novice, advanced, intermediate, dsb.
Kalau saya pribadi tidak terlalu mementingkan design. Mau hitam putih, mau ada gambarnya, mau warna warni, terserah. Biasanya saya lebih fokus ke kontennya.
Itu sih sekadar berbagi pengalaman. Mudah-mudahan berguna.
Komentar
Posting Komentar