Been a while since my last post ya.
OK, jadi ini bulan pertama saya bekerja di perusahaan baru. Jadi ini adalah perusahaan keenam untuk saya.
Hah?! Resign lagi? Yup. Dan tentu saja ada alasan kenapa akhirnya saya memutuskan resign setelah 2 tahun 3 bulan bekerja di perusahaan terdahulu.
Kali ini saya mau berbagi tentang mencari pekerjaan. Iya tau, saya sudah sering membahas perkara yang berhubungan dengan job seeking. Ini, yah, sekadar tambahan saja.
Jadi saya mulai aktif mencari pekerjaan sejak bulan Maret. Ketika saya memutuskan untuk mencari pekerjaan baru, saya juga memutuskan untuk mencari role yang berbeda dari yang sebelumnya saya jalani.
Cari kerja memang gak gampang, apalagi di masa seperti ini. Banyak lamaran saya kirim, berkali-kali interview, berkali-kali juga ditolak. Bahkan pernah lho dalam seminggu hampir setiap hari ada interview.
Puji Tuhan akhirnya saya dapat offer di awal Juli dan per awal Agustus ini saya sudah bekerja di tempat baru. Dan ternyata gak cuma role yang berbeda, tapi industrinya juga sedikit berbeda.
OK, jadi ini poin saya ambil berdasarkan pengalaman cari kerja kemarin dan terdahulu.
1. The power of orang dalam somewhat exists.
Kalau ditanya pernah gak sih dapet kerjaan karena kenal orang dalam? Pernah. Saya pernah direferensikan langsung ke bos dan diproses langsung oleh bos.
TAPI
Saya juga pernah kok direferensikan teman ya gak lolos juga. Di dunia yang saya geluti sejak 2013, sejauh yang saya tau, ingat, lihat, dan rasakan, belum pernah saya temui orang masuk ke perusahaan MURNI karena punya kenalan orang dalam. Palingan ya sebatas kasih referensi aja, proses selanjutnya ya berjuang sendiri.
TAPI
Saya juga pernah kok direferensikan teman ya gak lolos juga. Di dunia yang saya geluti sejak 2013, sejauh yang saya tau, ingat, lihat, dan rasakan, belum pernah saya temui orang masuk ke perusahaan MURNI karena punya kenalan orang dalam. Palingan ya sebatas kasih referensi aja, proses selanjutnya ya berjuang sendiri.
Ya bisa jadi di bagian dunia yang lain, di bidang pekerjaan yang lain, kasusnya berbeda. Tidak memungkiri hal seperti itu ada. Tapi saya percaya, kalau pun ada, the power is not absolute.
Jadi gak usah minder, gak usah pusing kalau gak punya orang dalam. You'll be fine.
Jadi gak usah minder, gak usah pusing kalau gak punya orang dalam. You'll be fine.
2. Rejection means you are not chosen, that's all
Dan faktornya banyak. Yang perlu disadari adalah kalaupun kamu bukan pilihan, bukan berarti kamu gak bagus. Simply kamu bukan yang dicari oleh perusahaan. Solusinya? Ya cari perusahaan lain.
Ada yang bilang cari pekerjaan itu kayak cari jodoh, ya sama, di mata perusahaan pun cari karyawan ya kayak cari jodoh. Skill set cocok tapi secara culture gak cocok ya gak bakal bisa juga.
Solusi lainnya adalah minta feedback ke perusahaan kenapa kamu ditolak. Saya pernah interview dan interviewernya memberi saya feedback, semuanya dirasa oke, tapi ada 1 hal yang jadi gap dan itu cukup krusial. Dari situ saya jadi lebih tau, apa sih yang dibutuhkan untuk posisi yang saya lamar.
Dengan skill, knowledge, dan experience yang sama, melamar untuk posisi yang sama, saya pernah sampai di interview terakhir tapi ada juga yang cuma interview sekali langsung ditolak. Ya begitulah, cocok-cocokan.
Dengan skill, knowledge, dan experience yang sama, melamar untuk posisi yang sama, saya pernah sampai di interview terakhir tapi ada juga yang cuma interview sekali langsung ditolak. Ya begitulah, cocok-cocokan.
Ditolak memang gak enak, sedih tentu wajar, tapi cepat move on dan ambil lagi semangatmu. There's a place for us.
3. Honesty is the best policy
Saya sudah sering bilang ini dan ini prinsip yang selalu saya pegang.
Selama mengikuti proses rekrutmen, salah satu hal yang dipermasalahkan adalah riwayat pekerjaan saya di mana rata-rata saya bertahan di satu perusahaan hanya sekitar 1 tahunan. Tapi saya tenang bahkan saya malah senang kalau ada yang menanyakan hal itu daripada mengambil kesimpulan hanya dari membaca CV saya. Karena saya tau persis kenapa saya memutuskan resign dari masing-masing perusahaan yang ada di CV saya. Dan saya akan menceritakannya dengan jujur. Ada kok saya resign karena gak suka dengan sistem perusahaan, ya saya bilang apa adanya.
Saya tidak pernah merasa rugi saat saya berkata jujur dalam sesi interview. Apapun efeknya ke saya, yang penting saya mau jujur.
4. Good CV is just necessary
Saya setuju bahwa memiliki CV yang rapi, bagus, mudah dibaca itu perlu. Tapi saya rasa tidak perlu sampai mengeluarkan uang untuk membayar jasa pembuatan CV. Kenapa?
1. Ada banyak panduan menulis CV yang baik bertebaran di internet.
1. Ada banyak panduan menulis CV yang baik bertebaran di internet.
2. Ada banyak orang yang menawarkan jasa sejenis secara cuma-cuma.
3. Again, kalau mau bisa minta feedback ke recruiter atau HRD perusahaan yang kamu lamar apakah CV yang kamu punya sudah cukup baik.
4. Coba lihat punya teman yang sudah bekerja atau mendapat pekerjaan, mungkin bisa jadi referensi
5. CMIIW, tapi berdasarkan pengalaman, CV tidak memberi dampak yang signifikan terhadap hasil rekrutmen.
Saya juga pernah jadi user, buat saya kalau baca CV yang penting rapi dan mudah dibaca aja. Syukur kalau punya "alur cerita", kalau pun gak ya gak masalah juga, lebih ditekankan di interviewnya aja.
Ya tapi sekali lagi, tiap perusahaan beda-beda.
Ya tapi sekali lagi, tiap perusahaan beda-beda.
Oke deh, itu hal-hal yang saya pelajari saat saya menjadi job seeker.
Buat kalian yang sedang mencari kerja, semangat ya. Semoga segera mendapatkan yang cocok.
Komentar
Posting Komentar