"Yosi berada di internet cafe saat jam kerja."
Senin, Selasa, Rabu yang lalu. Dan itu benar. Kalimat itu mengandung fakta. Tapi bagaimana menyikapi hal tersebut tidak cukup hanya dengan satu kalimat itu.
Selain menyajikan fakta kita perlu yang namanya konteks. Faktanya benar, konteksnya salah, jadinya hoax.
Yosi berada di internet cafe saat jam kerja kemarin. Konteksnya Yosi adalah seorang pegawai perusahaan. Apakah Yosi salah? Belum tentu. Masih perlu konteks yang lain. Kalau ternyata Yosi sedang cuti tentu Yosi tidak salah. Tapi kalau ternyata Yosi mangkir tentu pantas disalahkan.
Ini yang kemudian menjadi sulit. Di era saat ini banyak sekali yang mencampurkan fakta dengan konteks yang salah. Kejadiannya benar tapi narasinya salah. Seperti contoh di atas, narasi yang berbeda bisa membuat Yosi berada di dua posisi yang berbeda, salah dan benar. Narasi yang salah tidak selalu berarti bohong ya, konteksnya tidak lengkap pun termasuk narasi cacat.
Makanya, sudah dibaca dari atas ke bawah pun kadang bisa "tertipu" apalagi kalau bacanya sepotong-potong atau malah sekadar baca judulnya.
Yang lucu kadang ada yang share artikel dengan caption "entah benar atau gak". Lah kalau gak yakin benar kok dibagikan itu tujuannya apa?
Agak susah juga memang kalau harus cross check seluruh narasinya. Tapi kalau memang berniat menyebarkan informasi lebih baik cross check dulu semua. Jika untuk konsumsi pribadi, well, terserah kamu mau menyikapinya bagaimana.
Daripada share berita gak jelas mending share artikel di blog ini aja. :D
Sekian.
Senin, Selasa, Rabu yang lalu. Dan itu benar. Kalimat itu mengandung fakta. Tapi bagaimana menyikapi hal tersebut tidak cukup hanya dengan satu kalimat itu.
Selain menyajikan fakta kita perlu yang namanya konteks. Faktanya benar, konteksnya salah, jadinya hoax.
Yosi berada di internet cafe saat jam kerja kemarin. Konteksnya Yosi adalah seorang pegawai perusahaan. Apakah Yosi salah? Belum tentu. Masih perlu konteks yang lain. Kalau ternyata Yosi sedang cuti tentu Yosi tidak salah. Tapi kalau ternyata Yosi mangkir tentu pantas disalahkan.
Ini yang kemudian menjadi sulit. Di era saat ini banyak sekali yang mencampurkan fakta dengan konteks yang salah. Kejadiannya benar tapi narasinya salah. Seperti contoh di atas, narasi yang berbeda bisa membuat Yosi berada di dua posisi yang berbeda, salah dan benar. Narasi yang salah tidak selalu berarti bohong ya, konteksnya tidak lengkap pun termasuk narasi cacat.
Makanya, sudah dibaca dari atas ke bawah pun kadang bisa "tertipu" apalagi kalau bacanya sepotong-potong atau malah sekadar baca judulnya.
Yang lucu kadang ada yang share artikel dengan caption "entah benar atau gak". Lah kalau gak yakin benar kok dibagikan itu tujuannya apa?
Agak susah juga memang kalau harus cross check seluruh narasinya. Tapi kalau memang berniat menyebarkan informasi lebih baik cross check dulu semua. Jika untuk konsumsi pribadi, well, terserah kamu mau menyikapinya bagaimana.
Daripada share berita gak jelas mending share artikel di blog ini aja. :D
Sekian.
Komentar
Posting Komentar