Kemarin siang tante saya yang tinggal di Salatiga datang ke rumah. Tante saya diantar oleh anak pendetanya yang besar. Cowok yang sedang kuliah tahun terakhir.
Saya, kakak saya, dan pemuda ini ngobrol di ruang tamu. Ya biasalah saya tanya-tanya soal kuliah, magangnya yang sedang dijalani, dan tentu saja rencana ke depan. Lalu keluarlah wejangan dari saya untuk pemuda yang baru pertama kali saya temui ini hahaha. Bukan wejangan berat sih, cuma sekedar saran saja. Saran ini bukan pertama kalinya saya lontarkan ke orang lain yang baru mau memasuki dunia kerja.
Saran ini sama sekali belum terbukti secara ilmiah di manapun, mau di ITB, UI atau pun UGM. Saran ini hanya berdasarkan apa yang saya lihat, dengar, dan rasakan. Saran ini berdasarkan apa yang saya alami sendiri dan juga yang saya lihat dialami orang-orang lain. Saran saya cuma satu :
Jangan asal mencari dan menerima pekerjaan sebagai pekerjaan pertamamu.
Setelah lulus kuliah sebagian besar sudah memimpikan mendapatkan pekerjaan idaman. Pahit memang tapi kenyataannya tidak semua mendapatkan hak istimewa tersebut. Sebagian harus berkompromi dengan mimpinya sendiri.
Ada yang sejak awal sudah harus berkompromi karena keadaan, baik dirinya maupun keluarganya. Tapi ada juga yang berkompromi karena merasa sudah terlalu lama menganggur.
Saya gak bilang cari kerja itu hal yang mudah. Tapi sesulit-sulitnya mencari pekerjaan jangan asal, jangan menerima suatu tawaran karena galau ataupun emosional.
Pekerjaan pertamamu bisa jadi penentu arah karirmu. Sekali kamu masuk ke suatu bidang akan sulit untuk beralih ke bidang lainnya. Misalnya saja, kamu ingin jadi wartawan, tapi karena belum ada kesempatan akhirnya kamu masuk ke bank menjadi front office. Ada kemungkinan besar karirmu selanjutnya akan berkutat di bank. Ada beberapa alasan :
1. Pengalaman
Pengalamanmu di bank sebagai front office bisa membawamu ke jenjang yang lebih tinggi, uhm well, di bank. Kurang lebih seperti itu kasusnya.
2. Terlanjur nyaman
Sudah merasakan kerja. Kerjanya enak. Gajinya lumayan. Prospek ke depan juga cerah. Masih layakkah memperjuangkan cita-cita?
3. Enggan memulai dari awal
Menerima pekerjaan yang tidak sesuai mimpi atau passion bukan berarti kamu tidak bisa sukses. Sangat bisa. Tapi ketika kemudian kamu mau mengejar cita-citamu kamu harus merelakan pencapaianmu selama ini dan memulai dari awal. Kembali lagi, masih layakkah memperjuangkan cita-cita?
Makanya itu menurut saya penting untuk berhati-hati dalam menerima pekerjaan pertamamu.
Apakah selalu begitu? Ya gak juga sih. Ada yang dulunya supir taksi jadi artis, ada yang dulunya penerjemah jadi penulis, dan masih banyak contoh lainnya. Bisa begitu? Bisa, tapi bukan hal yang mudah. Oh well, apa sih di dunia ini yang semudah membalikkan telapak tangan.
Terus gimana dong kalau udah kepengen banget kerja tapi tawaran yang ada gak sesuai keinginan? Sekali lagi, konteks "asal" di sini adalah keputusan yang diambil atas dasar galau dan emosional. Kalau kamu sudah memikirkan baik-baik ya silakan saja. We have to survive after all.
Saya sebelumnya gak ada rencana jadi programmer. Profesi yang kemudian saya tekuni hampir 5 tahun. Berpindah dari 1 vendor ke vendor lain. Dulu saya juga gak tahu mau kerja apa. Saya tahu saya mau jadi dosen. Tapi sebelum melanjutkan S2 saya memang mau bekerja dulu.
Saya diterima kerja pertama kali karena campus hiring di Jogja. Lucunya saya gak pernah mendaftar. Mereka yang memanggil. Jadi mereka memang mengundang wisudawan beberapa kampus di Jogja untuk ikut campus hiring yang mereka adakan. Waktu itu diadakan di kampus UAJY. Saya sama sekali gak tahu perusahaannya. Kemudian saya diterima dan pergi ke Jakarta. Dan sejak saat itu karir saya berkutat di situ, programmer vendor. Gak pernah kerja di end user, belum pernah merasakan kerja di startup juga. Mau jadi dosen juga belum dapat kesempatan sampai sekarang.
Itu sih. Sekedar sharing. Boleh setuju boleh tidak.
Be happy and don't lose your dream no matter what. Kita gak akan pernah tahu kapan Tuhan mewujudkan mimpi kita.
Saya, kakak saya, dan pemuda ini ngobrol di ruang tamu. Ya biasalah saya tanya-tanya soal kuliah, magangnya yang sedang dijalani, dan tentu saja rencana ke depan. Lalu keluarlah wejangan dari saya untuk pemuda yang baru pertama kali saya temui ini hahaha. Bukan wejangan berat sih, cuma sekedar saran saja. Saran ini bukan pertama kalinya saya lontarkan ke orang lain yang baru mau memasuki dunia kerja.
Saran ini sama sekali belum terbukti secara ilmiah di manapun, mau di ITB, UI atau pun UGM. Saran ini hanya berdasarkan apa yang saya lihat, dengar, dan rasakan. Saran ini berdasarkan apa yang saya alami sendiri dan juga yang saya lihat dialami orang-orang lain. Saran saya cuma satu :
Jangan asal mencari dan menerima pekerjaan sebagai pekerjaan pertamamu.
Setelah lulus kuliah sebagian besar sudah memimpikan mendapatkan pekerjaan idaman. Pahit memang tapi kenyataannya tidak semua mendapatkan hak istimewa tersebut. Sebagian harus berkompromi dengan mimpinya sendiri.
Ada yang sejak awal sudah harus berkompromi karena keadaan, baik dirinya maupun keluarganya. Tapi ada juga yang berkompromi karena merasa sudah terlalu lama menganggur.
Saya gak bilang cari kerja itu hal yang mudah. Tapi sesulit-sulitnya mencari pekerjaan jangan asal, jangan menerima suatu tawaran karena galau ataupun emosional.
Pekerjaan pertamamu bisa jadi penentu arah karirmu. Sekali kamu masuk ke suatu bidang akan sulit untuk beralih ke bidang lainnya. Misalnya saja, kamu ingin jadi wartawan, tapi karena belum ada kesempatan akhirnya kamu masuk ke bank menjadi front office. Ada kemungkinan besar karirmu selanjutnya akan berkutat di bank. Ada beberapa alasan :
1. Pengalaman
Pengalamanmu di bank sebagai front office bisa membawamu ke jenjang yang lebih tinggi, uhm well, di bank. Kurang lebih seperti itu kasusnya.
2. Terlanjur nyaman
Sudah merasakan kerja. Kerjanya enak. Gajinya lumayan. Prospek ke depan juga cerah. Masih layakkah memperjuangkan cita-cita?
3. Enggan memulai dari awal
Menerima pekerjaan yang tidak sesuai mimpi atau passion bukan berarti kamu tidak bisa sukses. Sangat bisa. Tapi ketika kemudian kamu mau mengejar cita-citamu kamu harus merelakan pencapaianmu selama ini dan memulai dari awal. Kembali lagi, masih layakkah memperjuangkan cita-cita?
Makanya itu menurut saya penting untuk berhati-hati dalam menerima pekerjaan pertamamu.
Apakah selalu begitu? Ya gak juga sih. Ada yang dulunya supir taksi jadi artis, ada yang dulunya penerjemah jadi penulis, dan masih banyak contoh lainnya. Bisa begitu? Bisa, tapi bukan hal yang mudah. Oh well, apa sih di dunia ini yang semudah membalikkan telapak tangan.
Terus gimana dong kalau udah kepengen banget kerja tapi tawaran yang ada gak sesuai keinginan? Sekali lagi, konteks "asal" di sini adalah keputusan yang diambil atas dasar galau dan emosional. Kalau kamu sudah memikirkan baik-baik ya silakan saja. We have to survive after all.
Saya sebelumnya gak ada rencana jadi programmer. Profesi yang kemudian saya tekuni hampir 5 tahun. Berpindah dari 1 vendor ke vendor lain. Dulu saya juga gak tahu mau kerja apa. Saya tahu saya mau jadi dosen. Tapi sebelum melanjutkan S2 saya memang mau bekerja dulu.
Saya diterima kerja pertama kali karena campus hiring di Jogja. Lucunya saya gak pernah mendaftar. Mereka yang memanggil. Jadi mereka memang mengundang wisudawan beberapa kampus di Jogja untuk ikut campus hiring yang mereka adakan. Waktu itu diadakan di kampus UAJY. Saya sama sekali gak tahu perusahaannya. Kemudian saya diterima dan pergi ke Jakarta. Dan sejak saat itu karir saya berkutat di situ, programmer vendor. Gak pernah kerja di end user, belum pernah merasakan kerja di startup juga. Mau jadi dosen juga belum dapat kesempatan sampai sekarang.
Itu sih. Sekedar sharing. Boleh setuju boleh tidak.
Be happy and don't lose your dream no matter what. Kita gak akan pernah tahu kapan Tuhan mewujudkan mimpi kita.
Komentar
Posting Komentar