/*Pertama kali ditulis di Instastory.
Sengaja ditulis ulang biar menjadi kenangan.*/
Sejak saya bekerja kadang di saat merenung saya mengingat kembali masa di mana saya masih menjadi tanggung jawab orang tua saya.
Kini saya sudah bekerja, sudah tahu dan merasakan suka dukanya bekerja mencari uang.
Tidak cukup punya tenaga, tidak cukup dengan pikirian. Sering kali harus terlibat secara emosional dengan hal-hal yang terjadi di kantor.
8 jam, tentu saja wajar kalau kemudian ada sedikit banyak drama. Bagaimanapun manusia kan bukan robot.
Dulu pertama kali saya mempunyai ponsel saya sendiri sewaktu kelas 2 SMP. Sony Ericsson T610, second hand, seingat saya harganya waktu itu 1,6juta, sekitar tahun 2004.
Sampai sekarang itu masih jadi salah satu hape termahal yang pernah saya punya. Sejauh yang saya ingat saya tidak pernah beli hape di atas 2juta.
Hape saya sekarang Xiaomi Redmi Note 5A, harganya 1,5juta, pun belinya pakai promo jadi saya cukup bayar 1,3juta.
1,3juta tahun 2017 dengan 1,6juta tahun 2004 itu selisihnya bukan cuma soal angkanya, tapi juga nilai uangnya.
Ayah saya PNS. Gaji saya di perusahaan lebih tinggi bahkan dari gaji terakhir ayah saya saat beliau meninggal.
1,6juta itu kalau dibandingkan dengan gaji ayah saya persennya banyak.
Tapi toh tetap saja ayah saya belikan hape itu untuk saya.
Karena ini bukan tentang uangnya.
Ayah saya mengajarkan saya bahwa tentang pekerjaan tidak selalu tentang gaji. Bahwa uang bukan masalah, kalau ada ya bersyukur kalau gak ada ya sabar.
Satu kalimat yang pernah ayah saya katakan kepada saya dan selalu saya ingat sampai sekarang,"hartanya papa buat kamu gak masalah, asal kamu jadi pintar."
Bahkan ketika saya mulai bekerja dan belajar mengelola keuangan saya sendiri, ayah saya sering bilang,"kalau makan gak usah ngirit-ngirit, kalau kurang bilang aja nanti papa kirim."
Ya begitulah.
Sedikit kenangan tentang ayah saya.
Sengaja ditulis ulang biar menjadi kenangan.*/
Sejak saya bekerja kadang di saat merenung saya mengingat kembali masa di mana saya masih menjadi tanggung jawab orang tua saya.
Kini saya sudah bekerja, sudah tahu dan merasakan suka dukanya bekerja mencari uang.
Tidak cukup punya tenaga, tidak cukup dengan pikirian. Sering kali harus terlibat secara emosional dengan hal-hal yang terjadi di kantor.
8 jam, tentu saja wajar kalau kemudian ada sedikit banyak drama. Bagaimanapun manusia kan bukan robot.
Dulu pertama kali saya mempunyai ponsel saya sendiri sewaktu kelas 2 SMP. Sony Ericsson T610, second hand, seingat saya harganya waktu itu 1,6juta, sekitar tahun 2004.
Sampai sekarang itu masih jadi salah satu hape termahal yang pernah saya punya. Sejauh yang saya ingat saya tidak pernah beli hape di atas 2juta.
Hape saya sekarang Xiaomi Redmi Note 5A, harganya 1,5juta, pun belinya pakai promo jadi saya cukup bayar 1,3juta.
1,3juta tahun 2017 dengan 1,6juta tahun 2004 itu selisihnya bukan cuma soal angkanya, tapi juga nilai uangnya.
Ayah saya PNS. Gaji saya di perusahaan lebih tinggi bahkan dari gaji terakhir ayah saya saat beliau meninggal.
1,6juta itu kalau dibandingkan dengan gaji ayah saya persennya banyak.
Tapi toh tetap saja ayah saya belikan hape itu untuk saya.
Karena ini bukan tentang uangnya.
Ayah saya mengajarkan saya bahwa tentang pekerjaan tidak selalu tentang gaji. Bahwa uang bukan masalah, kalau ada ya bersyukur kalau gak ada ya sabar.
Satu kalimat yang pernah ayah saya katakan kepada saya dan selalu saya ingat sampai sekarang,"hartanya papa buat kamu gak masalah, asal kamu jadi pintar."
Bahkan ketika saya mulai bekerja dan belajar mengelola keuangan saya sendiri, ayah saya sering bilang,"kalau makan gak usah ngirit-ngirit, kalau kurang bilang aja nanti papa kirim."
Ya begitulah.
Sedikit kenangan tentang ayah saya.
Komentar
Posting Komentar