Resign itu (Bisa Menjadi) Candu - Sebuah Peringatan

Kalau ada HR yang berkata,"Generasi milenial punya masalah dengan loyalitas," atau mungkin,"Kami tidak mau merekrut karyawan yang sering berpindah kantor," atau semacamnya, tandai saja. Saya pernah bilang di LinkedIn bahwa seorang HR seharusnya memberikan telinga untuk mendengar bukan membuat prejudice atau generalization semacam itu.

Saya tahu dan kenal rekan-rekan satu angkatan yang belum pernah resign sekalipun dari kantor mereka. Iya, berbeda dengan saya yang dalam 6 tahun karir sudah 4 kali resign.

Dan post ini adalah tentang memutuskan resign pertama kalinya.

Setelah bertahun-tahun bekerja di suatu perusahaan dan kemudian kepikiran untuk resign, dengan alasan apapun, tentu bukan hal yang mudah. Awalnya resign akan terlihat overwhelming.

Selalu ada yang pertama kali untuk setiap hal. Begitu pun dengan resign.

But once you did it, you will soon realize that resignation is a doable option.

Bertahun-tahun kerja dan jarang kepikiran untuk resign. Sekalinya resign dan kamu tahu kamu masih baik-baik saja maka resign tidak lagi menjadi opsi yang terlalu jauh untuk dipikirkan dan dijangkau. Bahkan sangat mungkin kemudian resign menjadi salah satu opsi quick escape kamu dari masalah di kantor. Dan itu bukanlah hal yang baik.

Resign bisa jadi opsi, tapi tidak selalu jadi solusi.

So please, do it carefully and properly.

Komentar