Disclaimer
No, it's not a romance story. Hahaha. Cuma sedikit berbagi pengalaman dunia kerja dengan setting agak baper.
Yak, saya sendiri mulai bekerja bulan Oktober 2013 atau kurang lebih 2 bulan setelah wisuda sarjana di UGM. Semenjak itu sampai saat ini saya sudah merasakan bekerja di 3 kantor yang berbeda.
It starts with...
Alkisah saya pernah bekerja di perusahaan sebut saja Mawar (halah). Semua berjalan damai pada awalnya, saya diassign ke project, dipindah project, and so on and so on. Tapi kemudian negara api menyerang. Singkat cerita ada badai dalam perusahaan Mawar dan itu cukup mengguncang perusahaan hingga akhirnya terjadi pengurangan karyawan. Beberapa karyawan senior (usia lanjut) diberhentikan, karyawan baru yang baru saja selesai training juga akhirnya dirumahkan, dan juga ada karyawan yang dijadwalkan interview di perusahaan rekanan.
Dipertahankan
Namun ditengah badai yang seperti itu posisi saya tidak terusik. Tidak ada email pemberhentian dan tidak ada notifikasi interview dengan perusahaan rekanan. Satu per satu teman seangkatan dan orang yang saya kenal di perusahaan itu memutuskan untuk pindah. Beberapa ada yang sukarela mengikuti interview di perusahaan rekanan dan memang akhirnya pindah ke perusahaan rekanan tapi lebih banyak yang mencari kapal lain sendiri.
Tapi tidak untuk dicintai
Bak petir di siang bolong, well, kejadiannya emang siang hari, saya baru tahu kalau ternyata saya jadi bahan omongan para atasan. Saya dinilai tidak serius dalam bekerja. Kenapa? Oke, kondisinya adalah proyek yang sedang saya tangani sebelum terjadi badai internal akhirnya dihentikan oleh klien dan saya pun kembali ke kantor (kebanyakan proyeknya selalu on-site). Di kantor saya diassign ke proyek baru yang sedang dalam tahap persiapan jadi beban kerjanya sangat sedikit. Waktu itu saya cuma disuruh ngulik-ngulik jBPM dan beberapa hal lain. Karena loadnya sedikit jadi saya agak nyantai di kantor termasuk sering browsing-browsing, hal inilah yang kemudian dipermasalahkan.
Satu hal yang saya syukuri saat itu adalah saya punya leader yang mengayomi. Sebenarnya saya tahu permasalahan itu dari leader saya, dan saya baca sendiri juga apa kata salah satu petinggi tentang saya. Tapi saat itu leader saya bilang ke saya kira-kira begini,"Kamu gak usah ambil pusing. Kamu di bawahku, kamu tanggung jawabku, aku yang paling tahu kamu gimana kerjanya." Dan ya, leader saya benar-benar membela saya saat ada yang mempertanyakan kinerja saya.
Well, at the end of the story, saya akhirnya memutuskan untuk keluar dengan berbagai pertimbangan. Sempat diberi counter offer (jumlahnya lumayan kalau buat saya, seriously) tapi saya tolak.
Sekian.
No, it's not a romance story. Hahaha. Cuma sedikit berbagi pengalaman dunia kerja dengan setting agak baper.
Yak, saya sendiri mulai bekerja bulan Oktober 2013 atau kurang lebih 2 bulan setelah wisuda sarjana di UGM. Semenjak itu sampai saat ini saya sudah merasakan bekerja di 3 kantor yang berbeda.
It starts with...
Alkisah saya pernah bekerja di perusahaan sebut saja Mawar (halah). Semua berjalan damai pada awalnya, saya diassign ke project, dipindah project, and so on and so on. Tapi kemudian negara api menyerang. Singkat cerita ada badai dalam perusahaan Mawar dan itu cukup mengguncang perusahaan hingga akhirnya terjadi pengurangan karyawan. Beberapa karyawan senior (usia lanjut) diberhentikan, karyawan baru yang baru saja selesai training juga akhirnya dirumahkan, dan juga ada karyawan yang dijadwalkan interview di perusahaan rekanan.
Dipertahankan
Namun ditengah badai yang seperti itu posisi saya tidak terusik. Tidak ada email pemberhentian dan tidak ada notifikasi interview dengan perusahaan rekanan. Satu per satu teman seangkatan dan orang yang saya kenal di perusahaan itu memutuskan untuk pindah. Beberapa ada yang sukarela mengikuti interview di perusahaan rekanan dan memang akhirnya pindah ke perusahaan rekanan tapi lebih banyak yang mencari kapal lain sendiri.
Tapi tidak untuk dicintai
Bak petir di siang bolong, well, kejadiannya emang siang hari, saya baru tahu kalau ternyata saya jadi bahan omongan para atasan. Saya dinilai tidak serius dalam bekerja. Kenapa? Oke, kondisinya adalah proyek yang sedang saya tangani sebelum terjadi badai internal akhirnya dihentikan oleh klien dan saya pun kembali ke kantor (kebanyakan proyeknya selalu on-site). Di kantor saya diassign ke proyek baru yang sedang dalam tahap persiapan jadi beban kerjanya sangat sedikit. Waktu itu saya cuma disuruh ngulik-ngulik jBPM dan beberapa hal lain. Karena loadnya sedikit jadi saya agak nyantai di kantor termasuk sering browsing-browsing, hal inilah yang kemudian dipermasalahkan.
Satu hal yang saya syukuri saat itu adalah saya punya leader yang mengayomi. Sebenarnya saya tahu permasalahan itu dari leader saya, dan saya baca sendiri juga apa kata salah satu petinggi tentang saya. Tapi saat itu leader saya bilang ke saya kira-kira begini,"Kamu gak usah ambil pusing. Kamu di bawahku, kamu tanggung jawabku, aku yang paling tahu kamu gimana kerjanya." Dan ya, leader saya benar-benar membela saya saat ada yang mempertanyakan kinerja saya.
Well, at the end of the story, saya akhirnya memutuskan untuk keluar dengan berbagai pertimbangan. Sempat diberi counter offer (jumlahnya lumayan kalau buat saya, seriously) tapi saya tolak.
Sekian.
nice story mas Yosi..lanjutkan menulis..ada bakat nih buat nulis.. 👍
BalasHapusmakasih mas, sering-sering mampir ya :)
Hapus