+ It suits you.
- It's a bit flashy for sales work.
+ It's just right. It's an ice breaker.
Itu adalah potongan dialog dari film yang baru saja saya tonton melalui situs streaming andalan beberapa hari yang lalu. Film Jepang yang berjudul To Each His Own. Filmnya tentang apa? Silakan googling sendiri. Itu adegan di mana karakter utama pria sedang memilih dasi. Kemudian temannya memilihkan dasi berwarna orange cerah.
Well, beberapa waktu yang lalu saya juga pernah melakukan hal yang sama, dengan alasan yang sama. Bedanya ini bukan soal dasi tapi baju. Dulu mana mau saya pakai pakaian warna cerah. Sebisa mungkin warna gelap, hitam kalau perlu. Kadang mama papa saya sampai komen,"Kan sudah punya warna itu." Ya karena warna andalan saya itu-itu saja. Abu-abu, hitam, cokelat, biru tua, merah maroon, dan sebagainya. Dulu saya pernah nekat beli polo shirt warna kuning ngejreng niatnya buat foto lucu. Gak jadi foto, alhasil cuma dua kali dipakai setelah itu entah sekarang di mana.
Tapi pada suatu saat saya mulai bosan. Kurang berwarna, kurang ceria. Itu pikir saya. Akhirnya saya memutuskan untuk berganti aliran. Aliran warna cerah. Dimulai dari kemeja berwarna pink dan hijau muda yang saya beli online beberapa bulan yang lalu. Itu pun pakai drama yang pink kebesaran padahal milih ukurannya sama. Dan kemeja itu saya pakai ke kantor bahkan saat ketemu klien juga.
Well, I'm a clinically proven introvert. Saya pernah ambil tes kejiwaan untuk mendapatkan surat keterangan sehat rohani. Saya lupa nama tesnya apa. Cuma ingat bayarnya Rp300.000,-. Dari hasil tesnya menunjukkan saya positif seorang introvert (banget) tapi di samping itu saya punya kemampuan mengakrabkan diri yang baik. Jadi, kecil chance saya untuk ngomong duluan ke orang yang gak saya kenal. Tapi kalau sudah diajak ngomong saya bisa nyambung (terus dan terus).
It's an ice breaker.
And it's true. Salah satu motivasi saya (ya ampun milih warna baju aja pakai motivasi) memilih warna cerah adalah untuk menimbulkan kesan hangat dan bersahabat. Mungkin-mungkin kesan lucu dan periang #halah.
Dengan menggunakan warna cerah saya juga mencoba untuk lebih berani untuk mengekspresikan dan menunjukkan diri saya. Saya orangnya demam panggung. Paling ingat sewaktu kelas 1 SMA maju ke depan di kelas bahasa Inggris dan keringat pun bercucuran. Saya pikir saya sudah sembuh karena di pekerjaan (kantor) sebelumnya bahkan saya pernah diutus ke pulau Sumatera (yang mana saat itu merupakan pertama kalinya) sendirian (SENDIRI BANGET) untuk jadi trainer yang pesertanya bapak-bapak ibu-ibu dari berbagai daerah di Sumatera Barat dan saya gak ada masalah sedikitpun. Eh tapi kemarin waktu happy hour di office di mana saya harus nyanyi bertiga (BERTIGA BANGET) entah kenapa saya kepanasan dan keringetan lagi hahaha. Mungkin karena situasinya berbeda, di samping gak pede dengan suara sendiri hahaha.
Anyway, yah sampai sekarang masih berusaha untuk lebih percaya diri dan lebih berani (in a good way) dan lebih bisa membawa diri.
Introvert sih, tapi dalam 4 tahun sudah 3 kali pindah kantor. :D
- It's a bit flashy for sales work.
+ It's just right. It's an ice breaker.
Itu adalah potongan dialog dari film yang baru saja saya tonton melalui situs streaming andalan beberapa hari yang lalu. Film Jepang yang berjudul To Each His Own. Filmnya tentang apa? Silakan googling sendiri. Itu adegan di mana karakter utama pria sedang memilih dasi. Kemudian temannya memilihkan dasi berwarna orange cerah.
Well, beberapa waktu yang lalu saya juga pernah melakukan hal yang sama, dengan alasan yang sama. Bedanya ini bukan soal dasi tapi baju. Dulu mana mau saya pakai pakaian warna cerah. Sebisa mungkin warna gelap, hitam kalau perlu. Kadang mama papa saya sampai komen,"Kan sudah punya warna itu." Ya karena warna andalan saya itu-itu saja. Abu-abu, hitam, cokelat, biru tua, merah maroon, dan sebagainya. Dulu saya pernah nekat beli polo shirt warna kuning ngejreng niatnya buat foto lucu. Gak jadi foto, alhasil cuma dua kali dipakai setelah itu entah sekarang di mana.
Tapi pada suatu saat saya mulai bosan. Kurang berwarna, kurang ceria. Itu pikir saya. Akhirnya saya memutuskan untuk berganti aliran. Aliran warna cerah. Dimulai dari kemeja berwarna pink dan hijau muda yang saya beli online beberapa bulan yang lalu. Itu pun pakai drama yang pink kebesaran padahal milih ukurannya sama. Dan kemeja itu saya pakai ke kantor bahkan saat ketemu klien juga.
Well, I'm a clinically proven introvert. Saya pernah ambil tes kejiwaan untuk mendapatkan surat keterangan sehat rohani. Saya lupa nama tesnya apa. Cuma ingat bayarnya Rp300.000,-. Dari hasil tesnya menunjukkan saya positif seorang introvert (banget) tapi di samping itu saya punya kemampuan mengakrabkan diri yang baik. Jadi, kecil chance saya untuk ngomong duluan ke orang yang gak saya kenal. Tapi kalau sudah diajak ngomong saya bisa nyambung (terus dan terus).
It's an ice breaker.
And it's true. Salah satu motivasi saya (ya ampun milih warna baju aja pakai motivasi) memilih warna cerah adalah untuk menimbulkan kesan hangat dan bersahabat. Mungkin-mungkin kesan lucu dan periang #halah.
Dengan menggunakan warna cerah saya juga mencoba untuk lebih berani untuk mengekspresikan dan menunjukkan diri saya. Saya orangnya demam panggung. Paling ingat sewaktu kelas 1 SMA maju ke depan di kelas bahasa Inggris dan keringat pun bercucuran. Saya pikir saya sudah sembuh karena di pekerjaan (kantor) sebelumnya bahkan saya pernah diutus ke pulau Sumatera (yang mana saat itu merupakan pertama kalinya) sendirian (SENDIRI BANGET) untuk jadi trainer yang pesertanya bapak-bapak ibu-ibu dari berbagai daerah di Sumatera Barat dan saya gak ada masalah sedikitpun. Eh tapi kemarin waktu happy hour di office di mana saya harus nyanyi bertiga (BERTIGA BANGET) entah kenapa saya kepanasan dan keringetan lagi hahaha. Mungkin karena situasinya berbeda, di samping gak pede dengan suara sendiri hahaha.
Anyway, yah sampai sekarang masih berusaha untuk lebih percaya diri dan lebih berani (in a good way) dan lebih bisa membawa diri.
Introvert sih, tapi dalam 4 tahun sudah 3 kali pindah kantor. :D
Komentar
Posting Komentar