Kenapa Mempertahankan Ungkapan Lama

Beberapa waktu lalu saya mengikuti rangkaian rekrutmen dosen di salah satu PTS. Tahap demi tahap saya lalui hingga akhirnya saya sampai di tahap offering.

Saya tolak.

Gaji pokok yang ditawarkan 2juta. Saya gak mau. Itu dibawah ekspektasi saya. Ekspektasi saya gak tinggi kok (menurut saya sih), hanya sepertiga dari gaji saya di perusahaan yang sekarang.

Ini bukan pertama kalinya saya mendapat tawaran untuk menjadi dosen. Bukan juga pertama kalinya saya tolak tawaran itu setelah mengikuti semua tahapan rekrutmen. Lagi-lagi masalah gaji.

Banyak yang bilang pendapatannya dosen gak cuma gaji. Banyak yang kemudian mengandalkan hibah penelitian maupun proyek dari luar. I know it for sure. Penelitian memang kewajiban dosen. Proyek sampingan itu sifatnya personal dan gak bisa dipaksakan. Kenapa kemudian muncul "default" harus cari tambahan dari luar.

Yang menarik kemarin sempat ada ucapan seperti ini :

"Saya harap kalian bisa segera sertifikasi. Kalau sudah sertifikasi kalian akan dapat gaji dari pemerintah. Kalau hanya mengandalkan gaji ini memang gak cukup."

Semakin saya pikir kata-kata itu semakin aneh buat saya. Sudah tahu tidak cukup kenapa masih dipertahankan dan ditawarkan.

Dan lagi selalu yang dibahas adalah tentang dosen yang terkenal dengan istilah "gaweane sak dos, gajine sak sen" yang artinya kerjaannya banyak, gajinya sedikit.

It's an old saying.

Kenapa hal seperti ini masih dipertahankan? Memang salah besar kalau dosen digaji sedikit lebih layak?

Tapi ya sudahlah ya. Beberapa orang mungkin menilai saya terlalu muluk, ada yang mungkin berpendapat kalau saya memang gak siap. Well, terserah sih.

Saya sedih harus menolak kesempatan itu. Tapi setelah saya renungkan lagi, Tuhan memberkati saya di pekerjaan yang sekarang. People say I'm good. People say I'm fast. Dan dari pekerjaan saya saat ini saya bisa membantu keluarga saya. Saya rasa itu adalah hal yang wajib yang saya syukuri dan bukan untuk disesali.

Mimpi saya masih sama. And I'll do it my way.

Komentar