The Interview

Saya adalah orang yang cukup beruntung karena saat pertama kali lulus saya langsung mendapatkan pekerjaan pertama saya melalui sebuah campus hiring. Saat itu saya tidak berkesempatan untuk menjajal proses rekrutmen di banyak tempat. Hanya satu dan langsung diterima. 

Namun, pengalaman yang berbeda saya dapatkan ketika mencari pekerjaan baru. Saya diundang beberapa kali untuk mengikuti proses rekrutmen di beberapa perusahaan. Di antara banyaknya proses interview yang pernah saya jalani hingga saat ini, ada satu interview yang masih saya ingat sampai saat ini. Ini adalah interview yang saya ikuti 6 tahun yang lalu.

Saat itu saya mendapat pertanyaan,"Apa yang akan kamu lakuin kalau kamu stuck sama kerjaan?" Dengan nada tidak terlalu yakin saya memberi jawaban,"Minta tolong ke yang lain." "Ya, eskalasi, jangan sampai kerjaan mandek di kamu," timpal HR-nya.

Ini yang membuat saya selalu mengingat interview tersebut. Itu adalah momen di mana saya mulai menyadari bahwa untuk menjadi karyawan yang baik tidak perlu menjadi sempurna atau serba bisa. Tidak perlu punya kekuatan super.

Kalau di drama Jepang yang judulnya Perfect World ada kalimat yang bunyinya kira-kira begini,"Bukankah itu alasan kita membutuhkan orang lain? Tidak ada orang yang benar-benar sempurna."

Begitupun dalam hal bekerja. Kita membutuhkan satu sama lain. Itulah sebabnya banyak lowongan pekerjaan yang mencantumkan syarat "mampu bekerja dalam tim". Dengan menyadari dan menerima kelemahan dan kelebihan masing-masing, kerja sama yang baik dapat terjalin. Menyadari saja tidak akan cukup, tapi juga harus menerima.

Saat ini banyak perusahaan berlomba-lomba memberikan benefit melimpah atau fasilitas top untuk menarik perhatian calon karyawan. Tidak hanya itu saja yang penting. Saya rasa perusahaan juga harus mampu untuk memberikan ruang untuk berkembang, meskipun itu berarti memberi ruang untuk kesalahan.

Memanusiakan manusia.
Kalau kata Brigette Hyacinth,"It's time to put back the Human in Human Resources."

Komentar