Seorang Pemenang Tahu Kapan Harus Berhenti

Semalam saya baru saja selesai menonton drama VIP bersama istri. Memang terlambat karena ini drama tahun lalu. Tapi mohon maaf, walaupun Lee Sang-yoon sama-sama selingkuh, On the Way to the Airport masih lebih bagus buat saya.

Perselingkuhan yang disajikan di VIP adalah sesuatu yang tipikal, sementara On the Way to the Airport memberikan perspektif yang cukup unik. VIP menggambarkan perselingkuhan sebagai sesuatu yang penuh drama dan menimbulkan banyak konflik, sedangkan On the Way to the Airport menunjukkan bahwa perselingkuhan hanyalah cerita cinta yang lain. Dan layaknya kisah cinta pada umumnya, perselingkuhan pun bisa begitu indah dan penuh romantisme.

Kembali ke VIP. Selain perebutan laki-laki, di drama ini juga ada perebutan tahta. Beberapa tokoh diceritakan mengejar sesuatu hingga mau melakukan apa pun. Termasuk Park Sung-jun, tokoh utama pria di drama ini. Dia bilang sendiri ke temannya bahwa dia ingin mencapai puncak sampai tidak sadar apa yang dilakukannya ternyata kelewat batas. Meskipun terlambat, Park Sung-jun akhirnya sadar dan memutuskan untuk menghentikan semuanya.

Itu sebabnya saya jadi teringat lagi kata-kata yang pernah terlintas di pikiran saya bertahun-tahun yang lalu.


Tanpa garis finish, seseorang tak kan pernah menjadi pemenang.

Tak peduli seberapa bagus permainanmu,

tak peduli seberapa megah arenamu,

kamu harus tahu kapan dan di mana harus berhenti.


Tidak hanya untuk hal-hal negatif, bahkan untuk hal-hal baik kadang kita perlu tahu kapan harus berhenti.

Berhenti mengejar sesuatu misalnya. Tahu kapan untuk berkata cukup.

Bukan berarti menjadi orang yang lemah dan gampang menyerah. Tapi tidak perlu merasa bersalah jika pada suatu titik memutuskan untuk menyerah. Mungkin juga tidak berhenti sepenuhnya, tapi mengambil waktu untuk rehat sejenak.

Saya pernah kepikiran begini,"kamu mengejar sesuatu yang kamu percaya bisa membuamu bahagia, tapi kalau dalam pengejaranmu kamu tidak bahagia ya buat apa?" Jangan cuma mau menikmati hasil, tapi juga menikmati prosesnya. Dan kalau prosesnya sudah tidak nyaman untuk dijalani ya hentikan saja. Jangan karena ego atau gengsi atau sayang dengan apa yang sudah dicapai kemudian memaksakan diri. Tapi kalau memang masih kuat, masih senang, masih nyaman ya jangan ragu untuk melanjutkan.

Begitu kira-kira.

Ini adalah pendapat pribadi, jadi tentunya kalian berhak setuju atau tidak setuju. Tapi semoga bisa sedikit memberi perspektif lain hehehe.

Komentar