(Masih) Berusaha Jadi Dosen

Sebenarnya sudah pernah saya bahas di IG dan FB, saya hanya impor saja ke blog ini dengan beberapa penyesuaian. Ya kan jelas beda lah ya nulis di story sama di blog. Kalian pernah juga nulis story sampai berslide-slide menceritakan sesuatu? Saya sih sering. Hahaha.

Kalau kalian baca post-post sebelum ini saya rasa saya beberapa kali menyinggung keinginan saya untuk jadi dosen. Nah yang namanya cita-cita kan pasti dikejar ya, saya juga, hanya saja sampai sekarang masih belum kesampaian. Ini adalah cerita pengalaman saya mengejar cita-cita saya. Jadi ini ada 2 cerita yang mau saya sampaikan. Sebenarnya ada 1 cerita lagi yang saya tuliskan di FB tapi itu pengalaman teman saya dan lagi persoalannya cukup sensitif menurut saya jadi saya sendiri masih enggan menuliskannya di publik. Mungkin suatu saat, but definitely not now. So let's start!

#1

Beberapa waktu lalu santer berita dosen impor yang katanya mau digaji 2 digit. Oh ya terkait dosen impor ini sudah banyak beritanya ya termasuk konsep yang sebenarnya dimaksud. Googling aja sendiri yak. Oke pertama kali baca gaji dosen impor sampai 2 digit dan katanya itu wajar saya sakit hati dong hahaha.

Sebenarnya saya pernah diterima jadi dosen di salah satu PTS di sebuah kota di Jawa Tengah. Saat itu saya baru mau sidang tesis, belum resmi menyandang gelar Master. Berapa gaji yang ditawarkan? 2,8 juta all in exclude meal allowance (lupa jumlahnya berapa). Kalau dibandingkan gaji saya sebagai karyawan biasa itu tergolong kecil tapi untuk dosen, percayalah, itu sudah lumayan. Saya tolak karena nominalnya dibawah hitung-hitungan saya. Enggak, saya gak berharap yang ditawarkan bakal sampai 5 juta. Mama saya juga bilang,"kalau kamu dapat segitu di Magelang mama masih gak masalah, kamu gak perlu kost gak perlu jajan, tapi kalau di sana mendingan gak usah." Ya sudah, dengan mantap saya tolak.

Tapi dibalik itu ada hal yang membuat saya lebih sedih, baper sih lebih tepatnya hahaha. Saat itu saya masih tinggal di Depok, dekat kampus saya. Demi mengikuti proses rekrutmen saya bolak-balik naik kereta dan selalu mandi di toilet stasiun sebelum datang ke kampusnya. Gimana caranya mandi di toilet? Ya ada lah, pokoknya mandi aja. Pagi sampai, ikut proses rekrutmen, terus pulang ke rumah karena kebetulan prosesnya selalu hari Jumat.  Jadi pulang dulu ke rumah, Minggu baru balik ke Jakarta.

Selama mengikuti proses rekrutmen saya selalu didampingi salah satu staff HR mereka yang ikut di setiap sesi. Saat interview dengan kaprodinya saya juga ditanya "kenapa mau melamar ke sini". Saya jawab apa adanya kenapa saya mau melamar ke situ.

Tapi saat offering, masih ditemani staff HR yang sama, melihat nominal yang ditawarkan saya pun bertanya,"jumlah ini masih bisa dinego?". Jawabannya tidak. Tapi bukan itu yang bikin sedih. Sedihnya adalah ketika staff HR itu kemudian bertanya,"kok gak daftar dosen di UI aja?". Nah, aku kudu piye. Jadi sedih aku tuh.

#2

Saya juga sempat mendaftar posisi dosen tetap non PNS di salah satu PTN. Sesuai pengumuman, untuk formasi yang saya lamar dibutuhkan 7 orang. Saat mengikuti seleksi ternyata hanya 5 orang yang mendaftar untuk formasi ini. 1 orang perempuan yang saya gak sempat ngobrol dan 4 orang laki-laki termasuk saya. Karena sempat ngobrol dengan mereka saya jadi tahu sedikit background mereka, yaitu :

- 1 orang lulusan S2 luar negeri, sekarang bekerja di Jakarta
- 1 orang lulusan S1-S3 di Jepang
- 1 orang lulusan S3 dan merupakan salah satu dosen tidak tetap di salah satu PTN terbaik Indonesia.

Tibalah hari pengumuman. Siapakah yang diterima? Jelas bukan saya, ya kalau saya yang diterima gak bakal saya sekarang masing ngoding 8-5 hahaha. Jadi siapa? Jawabannya tidak ada.

Yes you read it right. Di pengumuman akhir tidak ada satu pun yang berhasil mengisi formasi yang saya lamar. Well, kalau dipikir sih hal itu bisa saja terjadi. Namanya mencari karyawan itu kan cocok-cocokan ya, apalagi ini posisi pendidik. Ya kalau memang gak ada yang cocok ngapain dipaksain diterima, ujung-ujungnya malah masalah nanti. Makanya kalau gak sayang ya gak perlu dijalani #apasih.

Sampai sekarang status saya di Linkedin masih sebagai Software Engineer. Banyak lamaran saya ke kampus-kampus yang gak ada kabarnya. Terakhir sempat ada panggilan seleksi tapi sudah terlanjur kerja dan lagi lokasinya cukup jauh dari rumah.

Masih berharap? Masih. Kapan? Nanti. Entahlah, mungkin emang calling kali ya #halah. Dan dari informasi yang saya dapat gaji dosen di sekitaran Jawa Tengah itu memang 2, 2 jutaan tapi ya, bukan 2 digit macam dosen impor huehehehe.

Well, itu pengalaman saya sejauh ini. Hope you enjoy my writing.

Komentar