Movie Review - Tully (2018), Everybody Needs Help

Disclaimer :
Saya bukan movie expert, hanya movie goer biasa saja. Jadi ini personal review saya sebagai seorang yang duduk di kursi penonton. Review berdasarkan selera saya dan selera kita bisa saja berbeda. Oh, dan ini pertama kalinya saya menulis review di blog.

Sinopsis :

Tully menceritakan tentang sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, 2 anak, dan 1 bayi yang baru lahir. Merasa kewalahan dengan semua rutinitasnya, Marlo, sang ibu yang diperankan Charlize Therone, memutuskan untuk menggunakan jasa pengasuh malam untuk bayinya. Tapi yang dia dapatkan lebih dari itu. Melalui Tully, pengasuh malam bayinya, Marlo merasa menemukan hidupnya lagi.

Ulasan saya :

Filmnya sendiri bagus. Tapi menurut saya cerita/plot yang ditawarkan itu bukan secangkir teh segala umat. Tully ini kalau di IMDB disebut drama comedy. Tapi menurut saya tidak terlalu komedi, porsinya hanya sekedar day-to-day jokes. Jadi kalau memang tidak suka genre drama mungkin pikir ulang kalau mau nonton ini.

Oh ya, yang namanya genre drama itu spektrumnya sangat lebar. Along with the Gods itu drama. Nothing but the Truth juga drama. Reservation Road juga drama. Dan semuanya itu berbeda kemasannya, pembawaannya.

Meaningful, tapi terasa agak plain. Nah ini juga sebenarnya masih bisa diterima, mungkin karena temanya keluarga. Jadi plotnya tidak seintens Nothing but the Truth misalnya, tidak seklimaks Along with the Gods misalnya.

Banyak yang fokus pada topik yang diangkat yaitu motherhood, perjuangan seorang ibu rumah tangga. Eh ibu rumah tangga bukan berarti tinggal di rumah aja ya. Marlo ini wanita karir juga tapi kan tetep kalau di rumah ya ibu rumah tangga. Oke kembali ke masalah topik. Setelah nonton film ini saya malah jadi teringat film Jepang yang berjudul To Each His Own. Temanya sama, hanya konteksnya yang berbeda.

Kalau di Tully menceritakan tentang seorang ibu yang kewalahan dengan segala rutinitasnya, To Each His Own menceritakan tentang seorang pegawai yang terlalu lelah dengan hidupnya. Kalau di Tully tokoh utamanya bertemu dengan seorang pengasuh anak, di To Each His Own tokoh utamanya bertemu dengan seorang teman lama. Dan kedua orang ini membawa peran yang sama, membuka mata tokoh utamanya melihat dunianya dengan perspektif yang sedikit berbeda agar mereka dapat melalui krisis di hidupnya.

Film yang menarik dan layak ditonton. Sekali lagi, sepertinya tidak untuk semua orang.
Tully is currently playing in theaters. So, have you decided?

That's all from me.

Komentar